Suara
alarm kencang mengusik telinga, membangunkan Willy, Aris dan Ilham. Tiga
pemuda, tiga sahabat dari masa sekolah yang kini merantau di tanah
Metropolitan. Hari ini pagi cerah seperti biasa mereka bersiap bekerja. Mereka
bekerja sebagai buruh kontrak di Perusahaan besar di ibu kota.
“Tumben lo bikinin kita sarapan Will” canda Aris yang baru selesai
mandi.
“Mie goreng telor ceplok mata hiu
hahaahaahaa” sahut Ilham sembari tertawa.
“Udah buruan makan keburu telat kerja” jawab Willy .
Selesai sarapan mereka
langsung berangkat kerja bersama, Willy naik motor sendiri sedang Aris dan Ilham berboncengan,
keduanya sudah seperti saudara kembar. Mereka selalu semangat bekerja, selalu
ada tawa di setiap berangkat kerja. Apalagi Willy tak ada sedikitpun terlihat wajah malas dalam bekerja padahal sisa kontrak kerjanya yang hanya tinggal
beberapa hari lagi. Sedangkan Aris dan Ilham masih setengah
tahun sisa kontraknya.
Tepat jam 13.00 setelah
istirahat makan, Willy di panggil Leader tempat dia bekerja.
“Will, sini ikut saya sebentar” ajak pak Leader dengan muka serius.
“Iy iiiya pak” Willy gugup.
“Duduk dulu Will santai saja.
“Iya pak.. ada apa ya pak.?” Wajah si Willy takut.
“Besok jum’at kan kontrak kerja kamu habis, ini kamu dapat undangan interview
pengangkatan karyawan tetap dari HRD besok pagi “ Pak Leader menyerahkan surat kedapa Willy
“Beneran pak” wajah Willy yang semula mengkerut ketakutan berubah senyum keceriaan mendengar
kabar gembira itu. Siapa yang tidak mau jadi karyawan di perusahaan besar semua
orang pasti mau.!! Tet
tet teeeeeett..!!!! suara bel pulang sudah berbunyi. Sore ini Willy pulang dengan hati yang luar biasa senang . sepulang kerja dia lansung
memasak untuk makan malam sebagai perayaan kecil akan kabar gembira itu.
“Will.. Willy” panggil Aris membuka pintu rumah.
“kok sepi ya Ris , si Willy kemana ini ? Bau harum cap cay Ris, apa jangan-jangan Willy masak nih.? Asyyyiiiikkk” Ilham masih heran. Keduanya lantas berjalan ke dapur dan benar Willy sedang memasak capcay kuah. Ya, hanya Willy yang pandai memasak dan masakan
capcay nya
luar biasa rasanya. Sambil menunggu Willy matang memasak Aris dan Ilham menyiapkan tempat
makan malam mereka yang sudah hampir sebulan lamanya mereka
lebih sering makan di luar.
“Tumben Will lo masak capcay bukan pake telor ceplok mata hiu hahaahaahaa” Ilham yang sudah mulai
menggengam sendok
“Iya nih ham tumben
tumbenan ini Willy masak capjay lagi, ada apa wil.?
Kesambet hantu dapur loh Will.?? Hahahahaaa” Aris tertawa lebar.
“Gue ada kabar gembira
buat kalian, gue dapat undangan interview rekomendasi karyawan tetap dari HRD , udah kita makan dulu itung itung perayaan hehehee". Selesai
makan malam kebiasaan mereka adalah bercanda di depan tv entah bermain game
atau bermain kartu bersama, mereka selalu menghabiskan setiap malam bersama.
“Semangat Will lo pasti bisa sukses” saut Ilham
“Iya nih, do’ain saya ya semoga lolos interview”
“Pasti lolos wil gwa
yakin sahabat terbaik ku pasti sukses”Amin....
sahut Willy
“Sekarang tidur sana Will biar besok gak kesiangan” kata Aris yang mulai masuk
kamar
Pagi ini cerah sekali
secerah hati Willy yang sangat gembira, pagi ini
wily bangun dan berangkat lebih awal. Hari ini nasibnya di perusahaan di
tentukan dia sendiri.
Saat yang di tunggu tiba namanya di panggil lantang untuk masuk kantor HRD. Hatinya campur aduk deg degan tidak karuan mulai masuk ke kantor HRD. Satu jam berlalu dia keluar dengan wajah tenang tersenyum. Sepertinya semua pertanyaan sukses dia jawab dengan mudah.
“Gimana Will sukses.?? Di tanyain
apaan Will.? Tanya Aris penasaran
“Iya gimana Will” Ilham dengan raut muka lelah sepulang kerja
“Kita tunggu besok pagi aja ya sekalian tugasnya do’ain gue hheeheheee.
Hari ini hari jum’at
hari penghakiman tiba, hari di mana nasib wily di perusahaan di tentukan,
apakah habis kontrak lantas menjadi pengangguran atau lolos interview dan
menjadi karyawan. Tapi tidak seperti biasanya langit pagi ini mendung seperti
akan hujan badai. Willy tetap optimis tak ada rasa ragu
sedikitpun di wajahnya berangkat kerja sambil becanda dengan kedua sahabatnya. Dari pagi hingga siang,
langit masih mendung tak tampak sedikitpun mentari. Seusai jam istirahat makan Willy di panggil pak Leader.
“Will ini surat keputusan dari HRD, ma’afin saya Will” kata pak Leader lirih. Hati Willy mulai resah akan dia tidak lolos. Dia bergegas membuka surat itu. Dan
benar dia tidak lolos bahkan itu adalah surat bahwa dia tidak dipertahankan
lagi di peruhaan itu. Ya dia telah habis masa kerjanya di perusahaan itu.
“Saya habis kontrak ini
pak.?” Willy kecewa sangat kecewa. Langit pun
ikut sedih melihatnya, hujan dan petir kencang mengiringi kekecewaan itu.
“Iya Will ma’afin saya, saya sudah
berusaha untuk mempertahankan kamu, tapi apa daya semua itu keputusan HRD dari
semua jawabanmu atas pertanyaan mereka, sekali lagi saya minta ma’af”
“Iya pak tidak apa apa mungkin ini jga bukan rejeki saya” jawab Willy menahan tangis. Hujan masih mengguyur deras. Willy pulang kerja dengan rasa kecewa berat seolah-olah dia menyalahkan dirinya sendiri menganggap dirinya lemah dan bodoh. Sampai dirumah dengan baju yang basah kuyup dia langsung kekamar mengunci diri seakan tak percaya akan hal itu. Aris dan ilham pulang mereka penasaran akan hasil interview.
“Iya pak tidak apa apa mungkin ini jga bukan rejeki saya” jawab Willy menahan tangis. Hujan masih mengguyur deras. Willy pulang kerja dengan rasa kecewa berat seolah-olah dia menyalahkan dirinya sendiri menganggap dirinya lemah dan bodoh. Sampai dirumah dengan baju yang basah kuyup dia langsung kekamar mengunci diri seakan tak percaya akan hal itu. Aris dan ilham pulang mereka penasaran akan hasil interview.
Will... mereka berdua yakin bahwa Willy lolos.
“Will gimana wil makan-makan lagi dong ini” Tanya aris.
“Iya Will masak capcay lagi” ilham sambil mengetuk pintu kamar Willy.
“Wil gmana Wil” ulang aris.
Wily pun membuka pintu
kamarnya lantas menyerahkan surat yang dia terima dan tak bicara sepatah kata
pun dan lansung menutup pintu.
Aris dan Ilham bergegas membuka
surat dan membaca perlahan
sura itu, mereka juga seolah tidak percaya dengan hasil keputusan dari perusahaan tersebut. Sejak hari itu tak ada lagi raut senyum dan tawa dari Willy, tak ada lagi seorang koki masak dan tak ada canda tawa mereka bertiga
sebelum tidur. Kini Willy lebih sering menyendiri,
menyendiri mencoba mengubur kekecewaan. Padahal Aris dan Ilham tak pernah berhenti
menyemangatinya,mereka selau mencoba menghibur Willy. Mereka selalu memancing tawa Willy kembali tapi Willy lebih suka diam kadang hanya senyum lantas kembali kekamar.
Seminggu
berlalu dari hari menyeramkan itu, malah mini hujan deras mengguyur ibu kota. Aris membuat wedang jahe untuk
kedua sahabatnya.
“Will di buatin Aris wedang jahe will biar anget tu badan” Ilham mengetuk kamar Willy
“Iya Ham bentar” Willy keluar kamar
Malam ini mereka berkumpul kembali di depan
tv sejak seminggu yang lalu.
“Will lo kenapa?” Tanya Ilham lirih.
“Gak papa ham, gue masih
kecewa aja ham”.
“Udah lupain aja Will, itu bukan rejeki kamu Tuhan mungkin berniat untuk memberikan lo rejeki yang lebih besar rejeki
yang lebih melimpah asal kau bergegas lagi, bergegas berusaha mencari bekerjaan
lagi bukan bermalas menutup diri bermalas membodohkan diri, lo rajin pinter
masak lagi hehehe. Inget lo masih punya kita, ya sahabat mu ini apapun
masalahmu kami siap menyelesaikan.” Sahut Aris
"Iya Will, lo boleh kecewa asal jangan terlalu larut dalam kekecewaan semua
sudah ada yang ngatur lo hanya tinggal berusaha yang terbaik, mulailah kembali
berjalan dan kembali mengepal hari itu, memang kau tersungkur tapi ingat kau masih punya kaki yang siap menopang mu berdiri tegak dan siap kau
ajak berlari kembali kau masih punya tangan untuk meraih harapan, masa depan
bukan untuk di kejar Will tapi untuk kau bangun” nasihat Ilham lantang
“Iya makasih nasehat kalian” Willy pun hanya tersenyum dan kembali
ke kamar.
Aris dan ilham pun
bingung apalagi yang harus dilakukan agar sahabatnya kembali bersemangat. Pagi
ini hujan lebat masih mengguyur. Dan Willy tetap diam di depan jendela
sambil menggegam surat mimpi buruk itu. Dia masih tidak percaya akan hal itu. Hingga akhirnya hujan reda, sinar mentari melesat tepat
ke wajah Willy. Saat itulah dia sadar akan semua
ucapan dari sahabatnya itu seolah-olah hatinya kembali
baru dan surat yang semula di genggam lantas buang.
“Ya benar matahari akan
lebih terik jika sinarnya dihalang mendung lebat, agar mendung itu habis
mencair menjadi hujan dan tak ada yang menghalangi nya lagi, ya aku harus semangat
semangat semangat semangat.” Teriak Willy lantang. Willy kembali kedapur dia mulai memasak capcay ayam penyet dan
berbagai menu masakan sayur. Dia berniat untuk berwira usaha, membuka warung
makan kecil kecilan di rumah kos nya.
“Ris depan tv banyak makan Ris” Ilham kaget, pulang kerja banyak makanan lezat
“Iya ham... Wil Will lo yang masak nih, asyikkkkk ini baru sahabat gue” Aris masih heran melihat
muka Wily yang kembali ceria bersemangat.
“Iya cobain dulu gue
pengen ngomong nih sama kalian, ma’afin gue ya. Gue perlu bantuan, itu makanan kalian
cobain dulu. nah saya punya rencana mau buka warung makan nih seperti warteg lah
itupun kalo masakan ku enak menurut kalian”
jawab Willy.
“Enak Will enak... nah gitu dong Will jangan tiduran terus di kamar hahaha, mumpung besok hari minggu kita kan
libur kita bantuin untuk buat warung” jawab Aris dengan mulut sudah penuh nasi.
“Iya Will siaaaap besok bangun pagi lumayan kalo lo buka warung makan kita bisa makan gratis tiap hari nih... hahahahhaaa” canda Ilham.
“Aduh bangkrut dong gue
hahhahahahaa”. Sejak saat itu tawa
canda mereka kembali. Dan hari itu mereka bekerjasama bahu membahu
membangun warung makan itu. Semakin hari semakin ramai, bahkan belum ada dua tahun Willy sudah membuka restoran dengan masakannya yang lezat luar biasa. Aris
dan Ilham sama seperti Willy setelah habis masa kontraknya di
perusahaan mereka lebih memlih menjadi
wirausaha. Aris membuka distro pakaian remaja dan Ilham membuka Toko Mebel. Ya, mereka bertiga
sukses dengan berwira usaha dan tetap menjadi sahabat yang luar biasa.