Minggu, 18 Januari 2015

PERJUANGAN 3 SAHABAT SEBAGAI BURUH


Suara alarm kencang mengusik telinga, membangunkan Willy, Aris dan Ilham. Tiga pemuda, tiga sahabat dari masa sekolah yang kini merantau di tanah Metropolitan. Hari ini pagi cerah seperti biasa mereka bersiap bekerja. Mereka bekerja sebagai buruh kontrak di Perusahaan besar di ibu kota.
Tumben lo bikinin kita sarapan Will” canda Aris yang baru selesai mandi.
Mie goreng telor ceplok mata hiu hahaahaahaa” sahut Ilham sembari tertawa.
Udah buruan makan keburu telat kerja” jawab Willy.
Selesai sarapan mereka langsung berangkat kerja bersama, Willy naik motor sendiri sedang Aris dan Ilham berboncengan, keduanya sudah seperti saudara kembar. Mereka selalu semangat bekerja, selalu ada tawa di setiap berangkat kerja. Apalagi Willy tak ada sedikitpun terlihat wajah malas dalam bekerja padahal sisa kontrak kerjanya yang hanya tinggal beberapa hari lagi. Sedangkan Aris dan Ilham masih setengah tahun sisa kontraknya.
Tepat jam 13.00 setelah istirahat makan, Willy di panggil Leader tempat dia bekerja.
Will, sini ikut saya sebentar” ajak pak Leader dengan muka serius.
“Iy iiiya pak” Willy gugup.
“Duduk dulu Will santai saja.
“Iya pak.. ada apa ya pak.?”  Wajah si Willy takut.
“Besok jum’at kan kontrak kerja kamu habis, ini kamu dapat undangan interview pengangkatan karyawan tetap dari HRD besok pagi “ Pak  Leader menyerahkan surat kedapa Willy
“Beneran pak” wajah Willy yang semula mengkerut ketakutan berubah senyum keceriaan mendengar kabar gembira itu. Siapa yang tidak mau jadi karyawan di perusahaan besar semua orang pasti mau.!! Tet tet teeeeeett..!!!! suara bel pulang sudah berbunyi. Sore ini Willy pulang dengan hati yang luar biasa senang . sepulang kerja dia lansung memasak untuk makan malam sebagai perayaan kecil akan kabar gembira itu.
Will.. Willy” panggil Aris membuka pintu rumah.
“kok sepi ya Ris , si Willy kemana ini ? Bau harum cap cay Ris, apa jangan-jangan Willy masak nih.? Asyyyiiiikkk” Ilham masih heran. Keduanya lantas berjalan ke dapur dan benar Willy sedang memasak capcay kuah. Ya, hanya Willy yang pandai memasak dan masakan capcay nya luar biasa rasanya. Sambil menunggu Willy matang memasak Aris dan Ilham menyiapkan tempat makan malam mereka yang sudah hampir sebulan lamanya mereka lebih sering makan di luar.
“Tumben Will lo masak capcay  bukan pake telor ceplok mata hiu hahaahaahaa” Ilham yang sudah mulai menggengam sendok
“Iya nih ham tumben tumbenan ini Willy masak capjay lagi, ada apa wil.? Kesambet hantu dapur loh Will.?? Hahahahaaa” Aris tertawa lebar.
“Gue ada kabar gembira buat kalian, gue dapat undangan interview rekomendasi karyawan tetap dari HRD , udah kita makan dulu itung itung perayaan hehehee". Selesai makan malam kebiasaan mereka adalah bercanda di depan tv entah bermain game atau bermain kartu bersama, mereka selalu menghabiskan setiap malam bersama.
“Semangat Will lo pasti bisa sukses” saut Ilham
“Iya nih, do’ain saya ya semoga lolos interview”
“Pasti lolos wil gwa yakin sahabat terbaik ku pasti sukses”Amin.... sahut Willy
“Sekarang tidur sana Will biar besok gak kesiangan” kata Aris yang mulai masuk kamar
Pagi ini cerah sekali secerah hati Willy yang sangat gembira, pagi ini wily bangun dan berangkat lebih awal. Hari ini nasibnya di perusahaan di tentukan dia sendiri.

          Saat yang di tunggu tiba namanya di panggil lantang untuk masuk kantor HRD. Hatinya campur aduk deg degan tidak karuan mulai masuk ke kantor HRD. Satu jam berlalu dia keluar dengan wajah tenang tersenyum. Sepertinya semua pertanyaan sukses dia jawab dengan mudah.
“Gimana Will sukses.?? Di tanyain apaan Will.? Tanya Aris penasaran
“Iya gimana Will Ilham dengan raut muka lelah sepulang kerja
“Kita tunggu besok pagi aja ya sekalian tugasnya do’ain gue hheeheheee.
Hari ini hari jum’at hari penghakiman tiba, hari di mana nasib wily di perusahaan di tentukan, apakah habis kontrak lantas menjadi pengangguran atau lolos interview dan menjadi karyawan. Tapi tidak seperti biasanya langit pagi ini mendung seperti akan hujan badai. Willy tetap optimis tak ada rasa ragu sedikitpun di wajahnya berangkat kerja sambil becanda dengan kedua sahabatnya. Dari pagi hingga siang, langit masih mendung tak tampak sedikitpun mentari. Seusai jam istirahat makan Willy di panggil pak  Leader.
Will ini surat keputusan dari HRD, ma’afin saya Will” kata pak Leader lirih. Hati Willy mulai resah akan dia tidak lolos. Dia bergegas membuka surat itu. Dan benar dia tidak lolos bahkan itu adalah surat bahwa dia tidak dipertahankan lagi di peruhaan itu. Ya dia telah habis masa kerjanya di perusahaan itu.
“Saya habis kontrak ini pak.?” Willy kecewa sangat kecewa. Langit pun ikut sedih melihatnya, hujan dan petir kencang mengiringi kekecewaan itu.
“Iya Will ma’afin saya, saya sudah berusaha untuk mempertahankan kamu, tapi apa daya semua itu keputusan HRD dari semua jawabanmu atas pertanyaan mereka, sekali lagi saya minta ma’af” 
“Iya pak tidak apa apa mungkin ini jga bukan rejeki saya” jawab Willy menahan tangisHujan masih mengguyur deras. Willy pulang kerja dengan rasa kecewa berat seolah-olah dia menyalahkan dirinya sendiri menganggap dirinya lemah dan bodoh. Sampai dirumah dengan baju yang basah kuyup dia langsung kekamar mengunci diri seakan tak percaya akan hal itu. Aris dan ilham pulang mereka penasaran akan hasil interview.
Will... mereka berdua yakin bahwa Willy lolos.
Will gimana wil makan-makan lagi dong ini” Tanya aris.
“Iya Will masak capcay lagi” ilham sambil mengetuk pintu kamar Willy.
Wil gmana Wil” ulang aris.
Wily pun membuka pintu kamarnya lantas menyerahkan surat yang dia terima dan tak bicara sepatah kata pun dan lansung menutup pintu.
Aris dan Ilham bergegas membuka surat  dan  membaca perlahan sura itu, mereka juga seolah tidak percaya dengan hasil keputusan dari perusahaan tersebut. Sejak hari itu tak ada lagi raut senyum dan tawa dari Willy, tak ada lagi seorang koki masak dan tak ada canda tawa mereka bertiga sebelum tidur. Kini Willy lebih sering menyendiri, menyendiri mencoba mengubur kekecewaan. Padahal Aris dan Ilham tak pernah berhenti menyemangatinya,mereka selau mencoba menghibur Willy. Mereka selalu memancing tawa Willy kembali tapi Willy lebih suka diam kadang hanya senyum lantas kembali kekamar.

Seminggu berlalu dari hari menyeramkan itu, malah mini hujan deras mengguyur ibu kota. Aris membuat wedang jahe untuk kedua sahabatnya.
Will  di buatin Aris wedang jahe will biar anget tu badan” Ilham mengetuk kamar Willy
“Iya Ham bentar” Willy keluar kamar
Malam ini mereka berkumpul kembali di depan tv sejak seminggu yang lalu.
Will lo kenapa?” Tanya Ilham lirih.
“Gak papa ham, gue masih kecewa aja ham”.
“Udah lupain aja Will, itu bukan rejeki kamu Tuhan mungkin berniat untuk memberikan lo rejeki yang lebih besar rejeki yang lebih melimpah asal kau bergegas lagi, bergegas berusaha mencari bekerjaan lagi bukan bermalas menutup diri bermalas membodohkan diri, lo rajin pinter masak lagi hehehe. Inget lo masih punya kita, ya sahabat mu ini apapun masalahmu kami siap menyelesaikan.” Sahut Aris
"Iya Will, lo boleh kecewa asal jangan terlalu larut dalam kekecewaan semua sudah ada yang ngatur lo hanya tinggal berusaha yang terbaik, mulailah kembali berjalan dan kembali mengepal hari itu, memang kau tersungkur tapi ingat kau masih punya kaki yang siap menopang mu berdiri tegak dan siap kau ajak berlari kembali kau masih punya tangan untuk meraih harapan, masa depan bukan untuk di kejar Will tapi untuk kau bangun” nasihat Ilham lantang
“Iya makasih nasehat kalian” Willy pun hanya tersenyum dan kembali ke kamar.
Aris dan ilham pun bingung apalagi yang harus dilakukan agar sahabatnya kembali bersemangat. Pagi ini hujan lebat masih mengguyur. Dan Willy tetap diam di depan jendela sambil menggegam surat mimpi buruk itu. Dia masih tidak percaya akan hal itu. Hingga akhirnya hujan reda, sinar mentari melesat tepat ke wajah Willy. Saat itulah dia sadar akan semua ucapan dari sahabatnya itu seolah-olah hatinya kembali baru dan surat yang semula di genggam lantas buang.
“Ya benar matahari akan lebih terik jika sinarnya dihalang mendung lebat, agar mendung itu habis mencair menjadi hujan dan tak ada yang menghalangi nya lagi, ya aku harus semangat semangat semangat semangat.” Teriak Willy lantang. Willy kembali kedapur dia mulai memasak capcay ayam penyet dan berbagai menu masakan sayur. Dia berniat untuk berwira usaha, membuka warung makan kecil kecilan di rumah kos nya.
Ris depan tv banyak makan Ris” Ilham kaget, pulang kerja banyak makanan lezat
“Iya ham... Wil Will lo yang masak nih, asyikkkkk ini baru sahabat gue” Aris masih heran melihat muka Wily yang kembali ceria bersemangat.
“Iya cobain dulu gue pengen ngomong nih sama kalian, ma’afin gue ya. Gue perlu bantuan, itu makanan kalian cobain dulu. nah saya punya rencana mau buka warung makan nih seperti warteg lah itupun kalo masakan ku enak menurut kalian” jawab Willy.
“Enak Will enak...  nah gitu dong Will jangan tiduran terus di kamar hahaha, mumpung besok hari minggu kita kan libur kita bantuin untuk buat warung” jawab Aris dengan mulut sudah penuh nasi.
“Iya Will siaaaap besok bangun pagi lumayan kalo lo buka warung makan kita bisa makan gratis tiap hari nih... hahahahhaaa” canda Ilham.
“Aduh bangkrut dong gue hahhahahahaa”. Sejak saat itu tawa canda mereka kembali. Dan hari itu mereka bekerjasama bahu membahu membangun warung makan itu. Semakin hari semakin ramai, bahkan belum ada dua tahun Willy sudah membuka restoran dengan masakannya yang lezat luar biasa. Aris dan Ilham sama seperti Willy setelah habis masa kontraknya di perusahaan mereka lebih memlih menjadi wirausaha. Aris membuka distro pakaian remaja dan Ilham membuka Toko Mebel. Ya, mereka bertiga sukses dengan berwira usaha dan tetap menjadi sahabat yang luar biasa.


0 komentar:

Posting Komentar